Pengembang Tanrise Property tetap optimistis tren pasar properti di Surabaya masih cukup bagus dan selalu ada terutama di segmen end user sejalan dengan masih tingginya kebutuhan hunian di kota besar.

Direktur Penjualan dan Pemasaran Tanrise, Joseph Lukito mengatakan dulu pasar properti banyak dikuasai oleh para investor yang sifatnya membeli sebentar untuk dijual kembali. Namun sekarang ada sedikit pergeseran yakni bahwa pembeli apartemen di Surabaya sebanyak 80% adalah end user.

“Jadi sekarang end user terutama milenial itu gampangnya ingin menghasilkan recurring income dengan membeli apartemen lalu menyewakannya dengan biaya investasi yang tidak tinggi seperti orang mau membangun kos-kosan,” ujarnya di sela-sela launching Marketing Gallery Kyo Society di Voza Surabaya, Kamis (20/2/2020).

Dia mengatakan selain bisa untuk disewakan, apartemen yang dibelinya dengan sistem kredit dari bank ini juga dimiliki untuk dimanfaatkan sendiri. Sebagai contoh, katanya, penjualan proyek Kyo Society pada tahap pertama sudah terjual 80%. Sebanyak 50% pembeli kebanyakan
adalah end user, dan sisanya adalah investor muda yang ingin menyasar kalangan mahasiswa yang membutuhkan hunian kos.

“Kyo Society sangat prospek sebagai bisnis kost karena sangat dekat dengan Universitas Surabaya (Ubaya) yang punya lebih dari 10.000 mahasiswa. Bahkan di sana juga akan dibangun rumah sakit pendidikan Ubaya yang akan menjadi tambahan prospek customer,” ujarnya.

Direktur Utama Tanrise, Belinda Natalia menambahkan dalam pemasaran Kyo Society tahap dua ini, perseroan menawarkan unit-unit investasi termasuk unit komersial berupa kios bisnis food and beverage, laundry, dan minimarket.

“Kami juga luncurkan 2 maskot Kyo Society yakni Yoko dan Hana. Yoko memiliki arti anak kecil laki-laki bersemangat, kreatif dan senang bergaul dan merupakan representasi dari fasilitas Yokoso Lobby. Sedangkan Hana berarti bunga yang menggambarkan perempuan, berpikiran positif yang merupakan representasi dari fasilitas Hana Garden,” jelasnya.